Blogger Widgets
Sholallahu ala muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala muhammad "INCOME 1 MILYAR PER BULAN" Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala muhammad Sholallahu ala muhammad

Tuesday, December 31, 2013

tata cara shalat idul adha dan khutbar adul adha

tata cara shalat idul adha dan khutbar adul adha


BAB I
SEJARAH
Kata Idul Adha artinya kembali kepada semangat berkurban. Berbeda dengan IdulFitri yang artinya kembali kepada fitrah. Bila Idul Fitri berkaitan dengan ibadahRamadhan, di mana setiap hamba Allah selama Ramadhan benar-benar disucikansehingga mencapai titik fitrah yang suci, tetapi dalam Idul Adha tidak demikian. IdulAdha lebih berupa kesadaran sejarah akan kehambaan yang dicapai nabi Ibrahim dannabi Ismail alaihimus salam. Karenanya di hari tersebut ibadah yang paling utamaadalah menyembelih kurban sebagai bantuan terhadap orang-orang miskin.Dalam surah Ash Shaffat 100-111, Allah swt. menggambarkan kejujuran nabiIbrahim dalam melaksanakan ibadah kurban. Indikatornya dua hal:
Pertama, al-istijabah al fauriya, yakni kesigapannya dalam Melaksanakan perintah Allah sampai pun harus menyembelih putra kesayangannya.Ini nampak ketika nabi Ibrahim langsung menemui putranya Ismail begitumendapatkan perintah untuk menyembelihnya. Di saat yang sama ia langsungmenawarkan perintah tersebut kepadanya. Allah berfirman:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpibahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
dan ternyata al-istijabah al fauriyah ini nampak juga pada diri Ismail ketika menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kedua, shidqul istislam, yakni kejujuran dalam melaksanakan perintah. Allah berfirman:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan  anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).”
Inilah pemandangan yang sangat menegangkan. Bayangkan seorang ayah dengan jujur sedang siap-siap melakukan penyembelihan. Tanpa sedikitpun ragu. Kata aslamaa yang artinya keduanya berserah diri menunjukkan makna bahwa penyerahan diri tersebut tidak hanya terjadi sepihak, melainkan kedua belah pihak baik dariIbrahim maupun Ismail. Di sanalah hakikat kehambaan benar-benar nampak. Bahwa sang hamba tidak ada pilihan kecuali patuh secara tulus kepada Tuhannya. Suatu teladan kehambaan yang harus ditiru setiap orang beriman yang berjuang menujuderajat kehambaan. Karenanya pada ayat 100 setelah itu, Allah menegaskan bahwakeduanya benar-benar hamba-Nya, Allah berfirman: “Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”Dari sini nampak bahwa untuk mencapai derajat kehambaan sejati, tidak ada lain kecuali dengan membuktikan al istijabah
Al fauriyyah dan  shidqul istislam  Nabi Ibrahim dan nabi Ismail telah membuktikan kedua hal tersebut. Allah SWT. yang Maha Mengetahui telah merekamnya. Bila Allah yang mendeklarasikannya maka itu persaksian yang paling akurat. Tidak perlu diperbincangkan lagi. Bahkan Allah Swt. mengabadikannya dengan menjadikan hari raya Idul Adha. Supaya semua hamba Allah setiap tahun selalu bercermin kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Dengan demikian, esensi Idul Adha bukan semata ritual penyembelihan kurban,melainkan lebih dari itu, membangun semangat kehambaan nabi Ibrahim dan nabi Islamil dalam kehidupan sehari-hari. Syariat berkurban merupakan warisan ibadah yang paling tua. Karena berkurban mulai diperintahkan saat Nabiyullah Adam ‘alaihis salam tidak menemukan cara yang adil dalam menikahkan anak-anaknya yang kembar. Meskipun sudahdiputuskan menikah secara silang. Sampai akhirnya Allah swt mewahyukan agar kedua anak Adam, Habil dan Qabil melaksanakan kurban untuk membuktikan siapa yang diterima. Habil berkurban dengan ternaknya –unta- dan Qabil berkurban dengan tanamannya –gandum.

BAB II
HUKUM SHOLAT IDUL ADHA
Hukumnya adalah sunnah, namun menurut pendapat yang lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim. Dalil dari hal ini adalah hadits dari riwayat Bukhori dan Muslim.
 أمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَتْ : أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ . قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Artinya: ”Ummu Atiyyah berkata: Rasulullah menyuruh kami perempuan untuk keluar di Idul Fitri dan Idul Adha. Baik wanita yang baru balig, wanit` sedang haid dan wanita perawan. Sementara orang yang haid dipisahkan dari (tempat) shalat.Agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan doa umat Islam."Saya berkata, ‘WahaiRasulullah, ada di antara kami yang tidak mempunyai jilbab. "Beliau mengatakan, "Sebaiknya saudara perempuannya memberinya jilbab."
Di antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani). Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya.
Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin untuk keluar rumah untuk menunaikan shalat ‘ied. Perintah untuk keluar rumah menunjukkan perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied itu sendiri bagi orang yang tidak punya udzur. Di sini dikatakan wajib karena keluar rumah merupakan wasilah (jalan) menuju shalat. Jika wasilahnya saja diwajibkan, maka tujuannya (yaitu shalat) otomatis juga wajib.
Ketiga: Ada perintah dalam Al Qur’an yang menunjukkan wajibnya shalat ‘ied yaitu firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
Maksud ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.

Keempat: Shalat jum’at menjadi gugur bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied jika kedua shalat tersebut bertemu pada hari ‘ied. Padahal sesuatu yang wajib hanya boleh digugurkan dengan yang wajib pula. Jika shalat jum’at itu wajib, demikian halnya dengan shalat ‘ied. –Demikian penjelasan Shidiq Hasan Khon yang kami sarikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum pria?”

BAB III
TATA CARA SHOLAT ‘IDUL ADHA
A.  Sholat
1.        Berdiri tegak seperti shalat fardhu, lalu membaca lafal niat shalat, ini niatnya:
أصلي سنة عيد الأضحي ركعتين إماما/مأموم للة تعالي
Untuk imam, lafadz ma’muman diganti imaman.
2.        Setelah itu membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR" sambil mengangkat kedua tangan seperti shalat fardhu dan hatinya niat.
3.        Setelah itu kedua tangan bersedekap dan membaca doa iftitah.
4.        Setelah membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan membaca tasbih
سُبْحَانَ اللهْ وَالْحَمْدُ لِلهْ وَلآ اِلَهَ اِلَّا اللهْ وَاللهُ اَكْبَرْ
5.        Setelah membaca tasbih, tangan diangkat kembali setinggi bahu sambil membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR". Setelah itu tangan kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang kedua. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketiga. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keempat. Setelah itu kembali-bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang kelima. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keenam. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketujuh. Setelah itu kembali bersedekap.
6.        Setelah selesai melaksanakan 7 kali takbir, dilanjutkan dengan membaca ta'awwudz dan surat Al-Fatihah, surat atau ayat-ayat tertentu (makmum hanya membaca Al-Fatihah),
7.        Ruku,
8.        I 'tidal,
9.        Sujud,
10.    Duduk di antara dua.
11.    Sujud, dan sujud yang kedua.
12.    Setelah sujud yang kedua, langsung berdiri sambil membaca takbir tanpa mengangkat kedua tangan. Lalu bersedekap membaca tasbih (lafalnya sama dengan lafal tasbih pada rakaat pertama).
13.    Setelah selesai membaca tasbih, dilanjutkan dengan membaca kalimat takbir "ALLAAHU AKBAR" sambil mengangkat kedua tangan. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yangkedua. Setelah itu kembali bersedekapj membaca tasbih dan melakukan takbir yang ketiga. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang keempat. Setelah itu kembali bersedekap, membaca tasbih dan melakukan takbir yang kelima. Setelah itu kembali bersedekap.
14.    Setelah selesai melaksanakan 5 kali takbir, dilanjutkan dengan membaca ta'aWwudz dan surat Al-Fatihah, surat atau ayat-ayatteitentu,
15.    Kemudian ruku,
16.    I'tidal.
17.    Sujud.
18.    Duduk di antara dua sujud, sujud yang kedua
19.     Tasyahud akhir.
20.     Setelah itu memberi salam ke kanari dan ke kiri. Setelah selesai melaksanakan shalat id ini, dilanjutkan , dengan 2 khutbah, baik dilakukan oleh imam shalat id pada saat itu, maupun oleh orang lain yang telah ditunjuk sebagai khatib. Sedangkan makmum
(jamaah) mendengarkannya dengan penuh perhatian hingga selesai.
B.  Sunah-Sunah Sebelum Shalat Idul Adha
Ø Berjalan kaki menuju tempat sholat. “Rasulullah SAW biasa berangkat sholat Ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang ”(Ibnu Majah) “Rasulullah saw jika melaksanakan sholat ied beliau melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang  “(HR. Bukhori).
Ø Mandi dan memakai pakaian bagus. Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar ra biasa memakai pakaian yang bagus pada saat sholat Ied.
Ø Tidak makan sebelum Sholat Idul Adha. “Abu Raidah ra mengatakan, Nabi saw tidak keluar menuju sholat Idul fitri sebelum makan dan pada hari raya idul adha beliau tidak makan sebelum pulang dari tempat sholat kemudian memakan sembelihan beliau” (Tirmidzi, hasan).

C.  Kutbah
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رضى الله عنهما يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَة
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”

Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai mimbar. Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah” (ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun beliau memang sering mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir.”[34]
Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,
إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.”
Adapun rukun khutbag adalah
1.      Takbir 9x takbiran pada khutbah pertama dan 7x pada khutbah ke dua
2.      Memuji kepada Allah SWT.
3.      Membaca sholawat.
4.      Wasiat untuk bertaqwa.
5.      Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah.
6.      Membaca doa kepada orang-orang muslim.
C.  Bacaan bilal
·         Saat akan melaksanakan shalat idul adha
صلوا سنة عيد الأضحي ركعتين جماعة رحمكم الله
·         Saat akan khutbah (khotib naik ke mimbar)
لله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
يا معا شرالمسلمين وزمرة المؤ منين رحمكم الله. اعلموا أن يومكم هذا يوم عيد الأضحى ويوم السّرور ويوم المغفور. أحلّ الله لكم الطّعام. وحرّم الله عليكم اصّيام. إذا صعد الخطيب على المنبر أنصتوا أثا بكم الله واسمعوا أجار كم الله. وأطيعوا رحمكم الله.
اللّهمّ صل على سيدنا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ. اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا محمّذ.
اللّهمّ قوّالإسلام والإيمان من المسلمين ولمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. وانصر هم على معاندى الدّين. واختم لنا منك بالخير وايا خيرالنّاصرين برحمتك ياأرحم الرّاحمين.
·         Saat khotib duduk diantara dua khutbah.
اللّهمّ صل على سيدنا ومولانا محمّذ وعلى آل سيدنا محمّذ.
D. Contoh khutbah idul adha
الله أكبر x9 الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً وسبحان الله بكرة وأصيلاً. الله أكبرماتحرّك متحرّك ورتج ولبّى محرم وحجّ، وقصدالحرم من كلّ فجّ، وأقيمت لله فى هذه الأيّام منا سك الحخّ، الله أكبر ما نحرت بمنى النّحا ئر، وعظّمت لله الشعائر، وسارإلىالجمرات سائر،وطاف باالبيت العتيق زائر، الله أكبر إذا ساروا قبل طلوع الشّمس إلى منى، ورموا جمرة العقبة وقد بلغوا المنى، وتقرّبوا إلى الله با لهدايا، وحلّقوا رؤسهم وقصّروا ونحروا، وحمدوا الله على تمام حجّهم وشكروا، أولئك يؤتون أجرهم مرّتين بما صبروا.
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّابَعْدُ؛ فَيَاعِبَادَاللهِ،أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ
Saudara-saudara yang berbahagia
Dengan takbir “ ALLAHU AKBAR”, Allah Maha Besar, kita tanamkan keyakinan tentang kebesaran allah, sesungguhnya hanya allah yang maha besar, sedang selain allah adalah kecil. Adapun yang telah kita bangga-banggakan dari kekayaan harta, kebesaran pangkat dan segala kemewahan dunia, semuanya kecil dan tiada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan kekuasaan allah. Dengan demikian tidak ada perlunya kita membangakan kekayaan, karena kekayaan adalah kecil, tidak ada perlunya kita membangakan pangkat, karena pagkat adalah kecil, tidak ada perlunya kita memamerkan keahlian, karena prestasi atau keahlian adalah kecil, semua kecil yang maha besar adalah allah, pencita alam semesta, dialah yang berhak untuk disembah, “LAA ILAAHAILLALLAH” . Dialah yang  Dia-lah yang mempunyai segala kelebihan sehingga Dia pula lah yang patut dipuji, “WALILLAAHILHAM” dan hanya Allah segala puja dan puji.
Saudara-saudara muslim yang berbahagia
Sehubungan ibadah qurban ini, marilah kita melihat kembali sejarah atau pengorbanan Nabi Ibrahim terhadap puteranya tercinta, yaitu Nabi Ismail. Betapa besar pengorbanan beliau demi pengabdiannya kepada Allah SWT. Tidak hanya koban memotong ternak, tetapi beliau rela menyembelih puteranya Ismail demi memenuhi perinyah Allah. Allah berfirman dalam surat as-shafaat ayat 99-109.
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِين (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104)قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109)
Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku(99). Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh(100). Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar(101). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"(102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya)(103). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim(104). sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik(105).Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata(106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar(107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian(108). (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim"(109)”. (Qs. As-shafaat: 99-109)
dpuf

No comments:

Post a Comment