Bagaimana Mengubah Takdir
Lalu jika semua jalan kehidupan sudah ditakdirkan, lalu bagaimana manusia bisa mendapatkan yang baik dan menghindari yang buruk?.
Yuan Liaofan lahir pada masa Dinasti Ming, sekitar 1550, di Propinsi
Jiangsu, China, tepatnya di daerah Wujiang. Da adalah berasal dari
keluarga miskin. Dia berkeinginan kuat untuk belajar ilmu kedokteran
agar kehidupan dan dirinya menjadi lebih baik.
Suatu hari Liofan bertemu dengan peramal kawakan. Peramal itu
mengatakan kepadanya bahwa pada tahun berikutnya ia akan melewati tiga
ujian tingkat rendah, mempunyai anak, dan meninggal menginjak usia 53
tahun.
Memang benar, pada tahun berikutnya ia lulus dari tiga ujian tingkat
rendah, dan 20 tahun kemudian segala sesuatu yang peramal katakan
menjadi kenyataan. Hal yang menyakinkan bagi Liaofan adalah nasib
seseorang telah ditentukan sebelumnya dan tidak dapat diubah.
Suatu hari Liaofan bertemu dengan Buddha Zen tingkat tinggi dan
berkata , “ Anda sungguh hebat. Biasanya orang biasa memiliki banyak
gangguan pada pikiran mereka, tetapi anda telah bermeditasi selama tiga
hari tanpa gangguan”.
Setelah itu Liaofan bercerita kepada Buddha Zen tentang apa yang
peramal katakan kepadanya beberapa tahun yang lalu. Mendengar apa yang
diceritakan Liofan, Buddha Zen tertawa dan berkata, “Aku salah mengira
anda sebagai pahlawan, tetapi anda hanya orang biasa.”
Buddha Zen mengatakan sebenarnya nasib hanya bisa membatasi orang
biasa, tetapi bukan terhadap orang baik atau yang melakukan kejahatan
besar. Kemudian Buddha Zen menjelaskan kepada Liaofan tentang prinsip
sebab akibat, karma baik dan jahat dan prinsip “Sesuatu yang dapat
mengubah takdir dan keberuntungan seseorang”.
Setelah mendengarkan paparan dari Budha Zen, Liaofan memutuskan untuk
mengubah hidupnya. Dia berlutut didepan Buddha dan bertobat atas semua
kesalahan yang telah diperbuat. Dia berjanji untuk melakukan 3.000
perbuatan baik dan apa yang dilakukan dicatat setiap hari dan
kesalahannya dikoreksi satu per satu.
Dua tahun kemudian, Liofan mengalami kemajuan dan telah mengubah apa
yang telah peramal katakana kepadanya. Setelah 10 tahun kemudian, ia
telah menyelesaikan 3.000 perbuatan baik. Pada saat itu juga, ia
karirnya terus meningkat.Merasakan manfaat dari berbuat baik yang dilakukannya selama ini, dia
lantas bersumpah untuk kembali melakukan 3.000 perbuatan baik dan
berharap memiliki seorang putra.
Setelah itu, Liofan dianugerahkan seorang putra yang diberi nama
Tian-Chi Yuan. Liaofan kemudian memutuskan untuk membaca kitab suci
Buddha setiap hari dan berbuat baik.Saat usianya menginjak 69 tahun, dia menulis empat buah buku untuk
diajarkan kepada anaknya dan menjelaskan bahwa meskipun nasib sudah
ditakdirkan, seseorang dapat mengubahnya dengan melakukan perbuatan
baik. Akhirnya Liaofan meninggal pada usia 74 tahun.
Filsuf Jacques Mono mengatakan, ”Dalam ruang tak terbatas alam
semesta, tidak ada seorangpun yang berhak atas takdir seseorang. Manusia
harus membuat keputusan sendiri dalam memilih surga atau neraka.”
Pernyataan Mono tidak mutlak benar. Manusia dapat memilih cara
hidupnya di masa sekarang, tetapi takdir pada kehidupan ini merupakan
hasil dari perbuatan masa lalunya. Manusia terbatas pada takdirnya,
kecuali jika telah melakukan perbuatan baik atau jahat. Hal ini pada
dasarnya ditentukan oleh keteladanan manusia itu sendiri.
Dalam kitab
klasik Tiongkok I Ching atau dikenal kitab perubahan dikatakan bahwa,
”Seseorang harus mendapat kekayaan dan menghindari bencana”.