Blogger Widgets
Sholallahu ala muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala muhammad "INCOME 1 MILYAR PER BULAN" Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala Muhammad Sholallahu ala muhammad Sholallahu ala muhammad

Tuesday, December 31, 2013

Apa yang dimaksud dengan Rebo Wekasan? dan Hukum Sholat Rebo Wekasan

Apa yang dimaksud dengan Rebo Wekasan?

Di akhir Tahun 2013 ini sudah ramai terdengar istilah Rebo Wekasan. Namun apakah anda tahu apa itu Rebo Wekasan? Ada yang tahu, ada juga yang belum mengenal istilah ini. Kali ini saya mengutif penjelasan dariUstadz Ammi Nur Bait berikut ini:
Rebo Wekasan (rebo pungkasan) dalam bahasa Jawa, ‘Rebo’ artinya hari Rabu, dan ‘Wekasan’ atau ‘pungkasan’ artinya terakhir. Kemudian istilah ini dipakai untuk menamai hari Rabu terakhir pada bulan Safar. Mereka yang perhatian dengan rebo wekasan berkeyakinan bahwa setiap tahun akan turun 320.000 balak, musibah, atau bencana, dan itu akan terjadi pada hari Rabu terakhir bulan Safar.

Karena keyakinan ini, sebagian orang menghimbau untuk melakukan bentuk ibadah khusus pada hari itu. Terutama orang syi'ah. Di berbagai forum online, mereka sangat antusias membicarakan rebo wekasan ini. Tidak lupa mereka sebutkan sederet amalan sebagai upaya tolak bala, yang sama sekali tidak pernah dicontohkan dalam Islam.
Di antara amalan tersebut adalah mengerjakan shalat empat raka’at dengan satu kali salam, dalam rangka tolak balak. Shalat ini dikerjakan pada waktu dhuha atau setelah terbit matahari. Pada setiap raka’at membaca surat Al-Fatihah kemudian surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 50 kali, Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) masing-masing satu kali. Ketika salam membaca surat Yusuf ayat 21 yang berbunyi:
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ.

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
Ayat ini dibaca sebanyak 360 kali.
Kemudian ditambah dengan Jauharatul Kamal tiga kali dan ditutup dengan bacaan (surat Ash-Shaffat ayat 180-182) berikut:
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan memberikan sedekah makanan kepada fakir miskin. Tidak cukup sampai di situ, ada juga yang menyuruh untuk membuat rajah-rajah dengan model tulisan tertentu pada secarik kertas, kemudian dimasukkan ke dalam sumur, bak kamar mandi, atau tempat-tempat penampungan air lainnya.
Mereka berkeyakinan, siapa yang melakukan ritual tersebut pada rebo wekasan, dia akan terjaga dari segala bentuk musibah dan bencana yang turun ketika itu.
Salah satu Sumber Referensi yang membahas masalah ini adalah kitab Kanzun Najahkarya Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds. Salah satu tokoh Sufi, murid Zaini Dahlan. Dalam buku tersebut, dia menyatakan di pasal: Hal-hal yang dianjurkan ketika bulan safar,
اعلم…أن مجموع الذي نقل من كلام الصالحين كما يعلم مما سيأتي أنه ينزل في آخر أربعاء من صفر بلاء عظيم، وأن البلاء الذي يفرِّق في سائر السنة كله ينزل في ذلك اليوم، فمن أراد السلامة والحفظ من ذلك فليدع أول يوم من صفر، وكذا في آخر أربعاء منه بهذا الدعاء؛ فمن دعا به دفع الله سبحانه وتعالى عنه شرَّ ذلك البلاء. هكذا وجدته بخط بعض الصالحين

Ketahuilah bahwa sekelompok nukilan dari keterangan orang shaleh sebagaimana nanti akan diketahui bahwa pada Hari Rabu terakhir bulan Safar akan turun bencana besar. Bencana inilah yang akan tersebar di sepanjang tahun itu. Semuanya turun pada hari itu. Siapa yang ingin selamat dan dijaga dari bencana itu, maka berdoalah di tanggal 1 Safar, demikian pula di hari Rabu terakhir dengan doa yang sama. Siapa yang berdoa dengan kalimat itu maka Allah akan menyelamatkannya dari keburuhan musibah tersebut. Inilah yang aku temukan dari tulisan orang-orang shaleh.
Selanjutnya, penulis menyebutkan beberada doa yang dia ajarkan. (Kanzun Najah, hlm. 49).
Sebagai orang beriman daan meyakini bahwa sumber syariat adalah Al-Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu saja berita semacam ini tidak boleh kita percaya. Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah. Satu-satunya cara untuk mengetahui hal itu adalah melalui wahyu Al-Quran dan sunnah. Sementara penulis sama sekali tidak menyebutkan sumber selain klaim bahwa itu tulisan orang shaleh. Terlebih tidak ada keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan hal ini.
Lajnah Daimah pernah ditanya tentang ritual rebo wekasan yang dilakukan di akhir safar. Jawaban yang diberikan,
هذه النافلة المذكورة في السؤال لا نعلم لها أصلا من الكتاب ولا من السنة، ولم يثبت لدينا أن أحدا من سلف هذه الأمة وصالحي خلفها عمل بهذه النافلة، بل هي بدعة منكرة، وقد ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. ومن نسب هذه الصلاة وما ذكر معها إلى النبي صلى الله عليه وسلم أو إلى أحد من الصحابة رضي الله عنهم فقد أعظم الفرية، وعليه من الله ما يستحق من عقوبة الكذابين‏.‏ وبالله التوفيق‏.‏ وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم‏.‏

Amalan seperti yang disebutkan dalam pertanyaan, tidak kami jumpai dalilnya dalam Al-Quran dan sunnah. Tidak juga kami ketahui bahwa ada salah satu ulama masa silam dan generasi setelahnya yang mengamalkan ritual ini. Jelas ini adalah perbuatan bid’ah. Dan terdapat hadist shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Siapa yang membuat hal yang baru dalam agama ini, yang bukan bagian dari agama maka dia tertolak.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dll)
Siapa yang beranggapan ritual semacam ini pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pernah dilakukan sahabat radhiyallahu ‘anhu, maka dia telah melakukan kedustaan yang besar. Dia berhak mendapatkan hukuman sebagaimana pendusta di sisi Allah. Wa billahi at-Taufiiq. Wa shallallahu ‘ala 

Sumber: http://www.konsultasisyariah.com


Hukum Sholat Rebo Wekasan

Istilah Rebo Wekasan sudah mulai banyak diperbincangkan akhir akhir ini. Peringatan Rebo Wekasan ini selalu menjadi perdebatan diantara kaum muslimin dengan pendapat yang berbeda-beda. Sehingga perlu ada pencerahan dan pembahasan secara detil kepada masyarakat kaum muslimin agar tidak menjadikan peringatan ini menjadi sebuah konflik yang akhirnya akan merugikan umat Islam itu sendiri.
Mengenai Sholat Rebo Wekasan, sebenarnya tidak ada yang namanya Sholat Rebo Wekasan, Sholat Rebo Wekasan itu hanyalah istilah. Yang benar adalah Sholat Sunnah(sholat hajat 4 rakaat) pada hari rabu terakhir di bulan shafar dan berdo’a meminta perlindungan kepada Allah agar diberi selamat / terhindar dari bala’ dan musibah.

Rebo Wekasan bagi sebagian besar orang jawa merupakan hari yang sangat sakral. Mereka menganggap bahwa pada hari itu Allah SWT menurunkan 320.000 balak. Sehingga mereka banyak yang melarang untuk bepergian, melaksanakan akad nikah, dll. Padahal anggapan2 yang disertai keyakinan akan adanya hari na’as bisa menimbulkan syirik. Akan tetapi para ulama’ masih berselisih pendapat tentang hukum melaksanakan ritual Rebo Wekasan atau hari rabu akhir di bulan Shofar. Ada yang secara frontal mengatakan perbuatan itu adalah syirik karena tidak ada dasarnya.Seperti yang telah ditemukan di Fatwa Al-Syabkah Al-Islamiyah Juz 10 Hal. 2086 bahwa Tasyaum ( menganggap sial ) pada hari rabu akhir di bulan shofar adalah perbuatan syirik. Sebab segala urusan ada dalam kekuasaan Allah SWT dan tidak ada pengaruh dari hari – hari tertentu akan turunnya balak atau nikmat.
Berbeda dengan pendapat Syeikh Al-Kamil Farid Ad-Din dalam kitab Jawahir Al-Khomisyang mengatakan bahwa setiap tahun Allah Swt menurunkan 320.000 balak dan kesemuanya diturunkan pada hari rabu akhir di bulan shofar. Maka dari itu, hari itu merupakan hari yang sangat sulit pada tahun itu. Barang siapa yang melaksanakan sholat pada hari itu sebanyak 4 rakaat (sholat hajat) dan masing-masing rakaat membaca surat Al Fatihah 1x kemudian membaca surat Al-Kautsar 17x ( untuk rakaat pertama ) kemudian membaca surat Al Ikhlas 5 x , Al Falaq 1x dan An-Nas 1x ( untuk rakaat kedua ), setelah salam membaca do’a sebagai berikut :

سَلاَمٌ قَوْلاً مِنْ رَبِّ رَّحِيْمِ . سَلاَمٌ عَلىَ نُوْحٍ فِيْ الْعاَلَمِيْنَ . إِناَّ كَذَالِكَ نَجْزِى اْلمَحْسِنِيْنَ . سَلاَمٌ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ . إِناَّ كَذَالِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ . سَلاَمٌ عَلىَ مُوْسى وَهرُوْنَ . إِناَّ كَذَالِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ . سَلاَمٌ عَلىَ إِلْياَسِيْنَ . إِناَّ كَذَالِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ. سَلاَمٌ طِبْتُمْ فاَدْخُلُوْهاَ خَالِدِيْنَ . سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبىَ الدَّارِ . سَلاَمٌ هِيَ حَتىَّ مَطْلَعِ اْلفَجْرِ.
اللّهُمَّ يَاشَدِيْدَ اْلقُوَّةِ وَيَا شَدِيْدَ اْلمِحَالِ يَا عَزِيْزُ يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ إِكْفِنِي مِنْ جَمِيْعِ شَرِّ خَلْقِكَ يِا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْتَقِمُ يَا مُتَكَرِّمُ يَا مَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ أَنْتَ إِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اَللّهُمَّ بِسِرِّ اْلحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ إِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا اْليَوْمِ وَماَ يُنَزَّلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ اْلمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ اِلبَلاَياَتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ الله ُوَهُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ . حَسْبُناَ الله ُوَنِعْمَ اْلوَكِيْلِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله ِاْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ .

Maka Allah SWT akan menjaga orang tersebut dari seluruh balak tadi sampai akhir tahun. Ditambahkan oleh Syeikh Zainuddin murid dari Syeikh Ibnu Hajar Al Maliki dalam kitab Irsyadul Ibad yang mengatakan bahwa hal itu juga termasuk Bid’ah madzmumah ( tercela ). Maka bagi orang yang ingin melaksanakan sholat tersebut sesuai dengan tuntunan syeikh Al-Kamil Farid Ad-Din dalam kitab Jawahir Al-Khomis hendaknya berniat melaksanakan sholat sunnah mutlak dimana sholat mutlak adalah sholat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangannya.

Karena cukup banyak pendapat yang berbeda tentang Rebo Wekasan ini, ada yang mengatakan Bid'ah ada juga yang mengatakan Mubah (boleh). Bagi yang memperingati asalkan tidak dilakukan dengan perilaku-perilaku yang bisa menyebabkan Syirik dan niatnya hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT kami kira boleh-boleh saja. Sisi positifnya dengan peringatan Rebo Wekasan ini diharapkan akan timbulnya kebersamaan, shodaqoh, dan silaturahmi apalagi tradisi ini pada tahun ini bertepatan dengan malam pergantian tahun yang mana banyak dijadikan ajang pesta dan hiburan yang bisa menjadikan kemudharatan. Sehingga bisa diisi dengan ibadah takorrub kepada Allah dan berdoa semoga terhindar dari mara bahaya yang akan timbul, itu saya kira akan lebih baik.

No comments:

Post a Comment